MUBA,TRCNEWS.ID – Aliansi masyarakat penambang minyak tradisional yang berasal dari Desa Keban 1 dan beberapa wilayah penghasil minyak di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) berharap mendapatkan solusi terbaik terkait kelangsungan usaha yang sudah mereka tekuni selama belasan tahun tersebut. Hal ini diungkapkan dalam penyampaian aspirasi yang diikuti ratusan masyarakat dihalaman perkantoran Pemkab Muba, Kamis (2/12/2021).
Kegiatan yang didukung Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pengawasan Pembangunan Reformasi Independen (PP-RI) dan Pengamat Organisasi Sosial Ekonomi Republik Indonesia (POSE RI) tersebut paska pengetatan yang dilakukan aparat penegak hukum terhadap aktivitas tambang minyak tradisional masyarakat beberapa bulan terakhir ini.
“Masyarakat kami tak punya keahlian lain dan sulit untuk beralih ke jenis usaha lain. Kegiatan penambangan minyak tradisional sudah mendarah daging dikalangan masyarakat keban dan beberapa daerah lainnya di Muba,” kata Syarnubi Warga keban koordinator aksi tersebut, Kamis (2/12/2021).
Menurut dia, pengetatan yang secara otomatis membunuh mata pencarian masyarakat keban tersebut mulai dirasakan paska kebakaran dua sumur minyak di simpang Keban sekitar 2 bulan lalu. Masyarakat dilarang mengebor ataupun mengambil minyak di sumur minyak yang selama ini mereka kelola yang berakibat semakin sulit nya kehidupan masyarakat.
“Disaat aktivitas minyak masyarakat dilarang puluhan mobil berlogo Petro Muba setiap hari membawa minyak dari beberapa lokasi bekas kebakaran. Kami melihat setiap hari dan hanya bisa mengelus dada, apa karena mereka berlabel petro diizinkan bawa minyak? dimana azaz keadilan, padahal Keban bukanlah wilayah yang diizinkan Pertamina untuk dikelola petro Muba,”ujarnya.
Ketua Umum DPP LSM PP-RI Idham Zulfikri yang menjadi corong penyampaian aspirasi masyarakat tersebut mengatakan, Terlepas dari seperti apa solusi yang bakal ditempuh pemerintah, masyarakat Sanga Desa pada umumnya dan keban khususnya termasuk beberapa wilayah lainnya di Muba sangat sulit untuk keluar dari lingkaran aktivitas pengeboran maupun pengolahan minyak bumi. Hal ini didukung ketersediaan sumber daya alam yang melimpah didaerah tersebut. Dan seperti diketahui kegiatan tersebut sudah dijalani selama belasan tahun oleh sebagian besar masyarakat. Hal ini terlihat dari ratusan bahkan ribuan warga menggantung kan hidupnya dari aktifitas perminyakan.
“Mulai dari tukang polot yang mengambil upah menyedot minyak dari sumur hingga yang mengandalkan ongkos angkut minyak dengan kendaraan mereka. Belum lagi yang terlibat dalam pengolahan atau istilah nya memasak minyak yang pastinya juga melibatkan banyak tenaga kerja dan mereka ini terancam menjadi pengangguran sementara mereka merupakan tulang punggung keluarga mereka. Melalui aksi ini semoga pemerintah daerah memberikan solusi terbaik bagi masyarakat,” kata Idham Zulfikri.
Des Lepri SH, Ketua Umum DPP POSE RI menambahkan, tak bisa dipungkiri aktivitas tambang masyarakat telah menjadi tonggak perekonomian masyarakat keban atau Sanga Desa selama ini. Kegiatan tersebut telah memberikan mutiplier efek terutama berkembang nya sejumlah usaha lain seperti usaha rumah makan, perbengkelan di sekitar lokasi yang membuat ekonomi masyarakat berkembang. Hal ini dapat dilihat dari tetap bergairah nya ekonomi masyarakat perminyakan disaat berbagai belahan dunia mengalami kemunduran dibidang ekonomi ketika wabah Covid 19 melanda.
Pihaknya, sebagai perwakilan penyampaian aspirasi masyarakat perminyakan dari keban dan wilayah lainnya di Muba memohon solusi terbaik kepada Pemkab Muba dalam hal ini bupati kabupaten Musi Banyuasin. Harapan mereka sangat sederhana, beri masyarakat peluang untuk berusahamenjalankan aktivitas,agar Keluarga mereka bisa makan, tercukupi kebutuhan dan anak anak mereka bisa sekolah.
“Masyarakat kami tak punya keahlian lain pak, berminyak adalah satu satunya keahlian mereka guna memberi anak isteri nya makan. Kepada siapa lagi kami nak mengadu kalau bukan pada pak bupati, pak Sekda termasuk kepada DPRD Muba,” imbuhnya.
Dari sejumlah selebaran yang dibawa peserta demo terlihat tulisan “Kami tahu ini bukan pilihan terbaik, kami tahu kami dianggap berusaha secara ilegal, dan kami juga sadar pekerjaan yang kami lakukan adalah pekerjaan beresiko tinggi dengan taruhan nyawa. Tak ada jaminan ketika kami pamit dengan anak isteri untuk mencari nafkah kami bisa pulang pada sore hari dalam keadaan masih bernyawa. Banyak contoh, banyak korban, bahkan terkadang jasad nya pun tak lagi utuh ketika kemalangan menimpa.
“Itu semua kami lakoni demi anak dan isteri yang butuh biaya untuk hidup. Dan kami yakin, bapak bapak kami sebagai pemimpin dan pengayom di bumi Serasan Sekate mempunyai kebijakan yang didasari hati nurani yang luhur untuk memberikan suatu solusi yang bakal menjamin hajat hidup masyarakat Muba.(HI)